BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai macam peyakit telah ditemukan, hampir
disetiap bagian tubuh manusia berpotensi adanya suatu penyakit, tak
terkecuali bagian payudara pada manusia, baik pada pria ataupun wanita,
walaupun pada penyakit payudara pada umumnya di derita oleh para wanita, tetapi
para pria tidak boleh menganggap remeh penyakit ini. Dengan kemajuan teknologi,
berbagai macam penyakit sudah dapat di deteksi dengan mudah, sehingga para
tenaga kesehata bisa melakukan suatu tindakan pencegahan atau pengobatan
pada pasien, dalam kasus ini, pemeriksaan payudara bisa dilalukan dengan
menggunakan metode mammografi. Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah, Mammografi
digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat
mengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Selain mammografi,
pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan oleh dokter secara teratur
merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan payudara. Beberapa negara
telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun sekali) bagi perempuan yang
telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosa kanker payudara sedini mungkin.
Diharapkan dengan mammografi akan bisa menekan jumlah penderita penyakit
payudara, selain itu diharapkan masyarakat dunia umumnya dan Indonesia
khususnya akan lebih meningkat tingkat kesadaran kesehatannya, sehingga kasus
penyakit pada payudara akan semakin berkurang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan
diatas, maka rumusan masalah yang diajuka sebagai berikut :
1.
Apa pengertian pemeriksaan mammography?
2.
Apa saja unit rontgen yang dirancang khusus
untuk pemeriksaan mammography?
3.
Bagaimana teknik radiografi mammography?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dalam penulisan ini, yaitu.
1.
Untuk mengetahui seberapa pentingnya pemeriksaan payudara dini.
2.
Untuk mengetahui manfaat menggunakan mammografi dalam dunia
kesehatan.
3.
Untuk memberikan sedikit pengetahuan kepada pembaca tentang pokok
pembahasan yang akan dibahas pada makalah ini.
D. Manfaat Pembahasan
1. Manfaat secara Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat
memberikan pengetahuan atau tambahan ilmu kepada pembaca sehingga pembaca bisa
mengerti nahaya dari suatu penyakit payudara dan apa yang dapat dilakukan
untuk mencegah atau mengobati penyakit payudara.
2. Manfaat Secara Praktis
Diharapkan Makalah ini dapat
menjadi salah satu referensi oleh pembaca atau dalam sebuah pembelajaran di
bidang mammografi, sehingga pembaca akan mengerti tata cara pemeriksaan dengan
menggunakan teknik mammpgrafi yang baik dan benar, sehingga tidak ada
kesahalahan metode.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mamografi
Mamografi adalah pemeriksaan radiologi dari kelenjar- kelenjar mammae dan saluran-
salurannya dengan menggunakan teknik khusus (soft tissue tecchnicque) dengan
menggunakan kontras maupun tanpa kontras dengan menggunakan sinar x-ray dosis
rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa
disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan
pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya
nyeri pada payudara (sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan
bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma pre menstrual).
Skrining mamografi biasanya direkomendasi untuk setiap wanita diatas 40 tahun
atau dibawah usia 40 tahun jika mempunyai faktor resiko terkena kanker
payudara. Mammografi biasanya dianjurkan oleh dokter untuk:
2.1 Anatomi Mamae
Anatomi Payudara Jaringan payudara
dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu (lobulus) yang dialirkan ke
puting (nipple) melalui duktus. Stuktur lainnya adalah jaringan lemak yang
merupakan komponen terbesar, connective tissue, pembuluh darah dan saluran
beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15-20 lobus yang tersusun
sirkuler. Jaringan lemak (subcutaneus adipose tissue) yang membungkus lobus
memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari beberapa lobulus
yang merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari signal hormonal.
Terdapat 3 hormon yang mempengaruhi payudara yakni estrogen, progesteron dan
prolaktin, yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan uterus mengalami
perubahan selama siklus menstruasi. Areola adalah area hiperpigmentasi di
sekitar puting.15 Berikut ini adalah gambar anatomi payudara normal
2.1.1 Struktur
payudara
a.
Puting
susu
Merupakan bagian tengah pada
payudara. Putting susu terdiri dari jaringan yang dapat menampung darah menjadi
keras dan menegang. Air susu yang mengering juga dapat menimbulkan kerak dan
dapat merangsang kulit dan menimbulkan eczema. Kerusakan putting susu dapat
menimbulkan peradangan sehingga harus dijaga kebersihannya.
b.
Areola
Adalah daerah yang berwarna cokelat
atau merah muda di sekitar putting susu. Perubahan warna areola dapat
menentukan kemungkinan kehamilan tua dan perubahan-perubahan yang dipengaruhi
hormon.
c.
Kolostrum
Merupakan cairan kental yang
berwarna kekuning-kuningan dan mengandung gizi serta antibodi. Terdapat dalam
payudara pada saat dua hari pertama nifas dan hamil. Selain itu kolostrum juga
banyak mengandung protein dan garam.
d.
Air susu
ekstra
Setelah menyusui, payudara harus
segera dikosongkan dengan cara memijat untuk mengeluarkan air susu yang masih
tertinggal. Hal ini dikarenakan air susu yang tertinggal mengakibatkan
penyumbatan duktus laktiferus.
e.
Jaringan-jaringan
Terdapat banyak jaringan pada
payudara antara lain jaringan payudara, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Pada
radiograf jaringan lemak akan memberi gambaran opaq.
Payudara terdiri atas bahan-bahan kelenjar susu (kelenjar
alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan
jaringan lemak, setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air
susu). Saluran limfe sebagai fleksus halus dalam ruang interlobular jaringan
kelenjar bergabung mermbentuk saluran lebih besar. Pada perempuan perubahan dan
perkembangan buah dada terjadi setelah masa remaja atau pubertas terdapat
penambahan jaringan kelenjar. Seorang wanita mulai menstruasi pertama terjadi
sedikit perbesaran payudara disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progresteron yang dihasilkan oleh ovarium, lama kelamaan payudara berkembang
penuh dan penimbunan lemak menimbulkan pembesaran yang tetap. Pada masa
menopause lama kelamaan ovarium berhenti berfungsi dan jaringan payudara
mengerut.
2.1.2 Fisiologis Yang
Mempengaruhi Payudara
a.
Pertumbuhan
dan involusi berhubungan dengan usia.
·
Menjelang menarche, pertumbuhan berambah dengan
terbentuknya percabangan duktus proliferasi stroma di antara duktus.
·
Pada pubertas terjadi pertambahan stroma dan
duktus stroma dan duktus terminal yang kecil tumbuh menjadi alveolus-alvolus.
·
Pada saat menopouse payudara mengecil kurang
padat. Terjadi pengurangan jumlah dan besarnya lobulus serta tampak pertambahan
jaringan elastis.
b.
Perubahan
berhubungan dengan siklus haid.
·
Pada saat proliferasi setelah haid, pengaruh
estrogen meningkat mengakibatkan prolifersi duktus dan epitel alveolus, duktus
melebar dan hipertrofik.
·
Pada masa
setelah ovulasi akibat pengaruh progesteron, stroma menjadi sembab dan
bertambah selnya.
·
Pada masa haid, akibat kadar estrogen dan
progesterone yang menurun terjadi kerusakan sel epitel, atrofi jaringan ikat,
edema jaringan interstisium menghilang, pengecilan duktus dan kelenjar.
2.1.3 Tahap-Tahap
Perkembangan Payudara
a.
Adolescent
Bentuk dan ukuran payudara ini
terdapat pada anak-anak dan remaja (8 –18 tahun), beberapa jaringan belum
berkembang.
b.
Prepregnancy
Terdapat pada orang yang belum atau
dalam masa hamil, lobus dan kelenjar-kelenjar sudah berkembang dengan tujuan
mepersiapkan masa menyusui.
c.
Reproductive
Terjadi pada masa setelah atau tidak sedang menyusui tetapi
belum menopouse. Keadaan lobus menggumpal, terjadi pada umur 20 – 50 tahun.
d.
Menopouse
Keadaan lobus-lobus yang menyatu, terjadi pada masa
reproduksi akhir.
e.
Senescent
Terjadi pada masa tua atau tidak ada lagi kelenjar-kelenjar
susu yang
2.2 Evaluasi
Bila terdapat kelainan pada payudara,
misalnya rasa nyeri pada payudara, terasa benjolan pada payudara atau
pada kelenjar getah bening ketiak, terjadi perubahan warna / bentuk /
konsistensi pada payudara dan keluar cairan yang tidak normal dari puting
payudara, kulit atau puting.
2.3 Deteksi Dini
Untuk mendeteksi kanker payudara
walaupun tidak ada gejala sebagai bagian dari chek-up rutin, Bila terasa
benjolan pada payudara atau kelainan payudara yang lain, Mammografi membantu
Dokter apakah benjolan tersebut jinak atau ganas dan membantu menentukan lokasi
pertumbuhan tumor. Yang lebih penting, mammografi dapat membantu
menentukan terapi yang diperlukan selanjutnya.
2.4 Penerapan Mammografi
Sebagaimana penggunaan sinar-X lainnya,
mammogram menggunakan radiasi ion untuk
menghasilkan gambar. Radiolog kemudian menganalisa gambar untuk menemukan
adanya pertumbuhan yang abnormal. Walaupun teknologi mammografi telah
banyak mengalami kemajuan dan inovasi, ada komunitas medis yang meragukan
penggunaan mammografi karena tingkat kesalahan yang masih tinggi dan karena radiasi yang digunakan
dapat menimbulkan bahaya.
Diketahui bahwa sekitar 10% kasus kanker
tidak terdeteksi dengan mammografi (missed cancer ). Hal itu disebabkan
antara lain oleh jaringan normal yang lebih tebal disekitar kanker, atau
menutupi jaringan kanker sehingga jaringan kanker tidak terlihat. Pada saat
ini, mammografi masih menjadi standar terbaik untuk screening dini
kanker payudara. Ultrasound, Ductography , dan Magnetic Resonance merupakan beberapa teknik
lain yang juga digunakan untuk memperkuat hasil mammografi.
Ductogram
digunakan untuk mengevaluasi darah yang keluar dari putinng.MRI digunakan untuk
evaluasi lanjutan atau sebelum operasi untuk melihat adanya daerah abnormal lainnya.
2.5 Indikasi
Pemeriksaan
-
Benjolan
di payudara saat palpasi
-
Rasa
tidak nyaman pada payudara
-
Penderita
dengan resiko tinggi kanker
-
Pembesaran
pada kelenjar axiller yang tidak normal
-
Penyakit
paget pada puting susu
-
Metastase
tumor, tidak diketahui asal tumor primer
-
Follow
up pasca operasi payudara
-
Kanker
phobia
-
Displasia
mammae (tidak tumbuh)
-
Cancer
(Sarcoma , Karsinoma)
-
Keluar
cairan tidak normal
2.6 Kontra Indikasi
-
Pasien
sedang hamil
-
Saat
mendekati menstruasi
-
Terjadi
infeksi berat di mammae
-
Beberapa
saat setelah operasi
2.7 Jenis Mammografi
Ada
2 jenis pemeriksaan mamografi, yaitu skrining dan diagnostik.
a. Mamografi skrining
Dilakukan pada wanita tanpa keluhan
apapun. Mamografi skrining disarankan dilakukan setiap 1-2 taun untuk wanita berusia di
atas 40 tahun, dan setiap tahun untuk wanita di atas usia 50
tahun. Tetapi pada wanita yang memiliki faktor risiko tinggi untuk terkena kanker payudara (misal. adanya
riwayat kanker payudara dalam keluarga), maka dapat
dilakukan mamografi skrining sebelum usia 40 tahun.
b.
Mamografi diagnostik
Dilakukan pada
wanita yang memiliki gejala, misal ditemukan benjolan pada
payudara, atau payudara mengeluarkan cairan berbau
busuk, dll. Mamografi diagnostik bertujuan untuk menentukan ukuran dan lokasi
kelainan secara tepat, bahkan juga keterlibatan kelenjar limfe dan
jaringan sekitarnya. Apabila mamografi digunakan sendiri, memiliki angka
ketepatan diagnostik sebesar 94%, dan apabila
mamografi
digunakan bersama Ultrasonografi (USG) dalam prosedur diagnostik memperoleh
angka ketepatan diagnostik sebesar 97%. Sedangkan apabila USG digunakan sendiri
hanya akan memberikan angka ketepatan diagnostik sebesar 78%.
2.8 Perangkat
Pesawat Pesawat dan Teknik Untuk Pemeriksaan Mammografi
a. Optimum kilovoltage dan desain
tabung
Pencitraan payudara membutuhkan sinar X
energi rendah untuk memperoleh kontras maksimum, karena koefesien atenuasi
jaringan maupun perbedaan jaringan lain di dalamnya meningkat dengan kenaikan
energi (efek fotolistrik). Kompromi pemilihan kV, diperhatikan karena terlalu
rendah kV, banyak radiasi tidak dapat menembus obyek, meningkatkan dosis. Sinar
X 12–15 keV terlalu rendah, dan harus tidak digunakan. Kontras
yang baik diperoleh dari payudara yang
ditekan sampai ketebalan 3– 5 cm dengan sinar x 17 – 22 keV.
Untuk payudara yang lebih tebal dapat menggunakan sinar x 21–25 keV.
Persyaratan pencitraan payudara
mengakibatkan desain tabung sinar X menjadi khusus. Pada umumnya unit
mammografi produksi sinar X 15–20 keV, menggunakan anoda molebdenum dengan jendela
berelium, serta tambahan filter molebdenum. Disampaing itu ada pula tabung
mammografi yang memproduksi sinar X 21 - 25 keV, menggunakan anoda tungsten
dengan menggunakan filter khusus. Sinar X energi rendah memberikan perbedaan
atenuasi antar jaringan relatif lebih baik, namun memberikan dosis absorpsi
pada jaringan tinggi dan waktu eksposi tinggi. Deteksi mikrokalsifikasi juga
penting..
b. Tabung Dengan Anoda Molybdenum.
Sinar X
karakteristik molebdenum K = 17.4 keV dan K = 19.6 keV, keduanya di bawah energi absorpsi
elektron kulit K molebdenum pada 20.0 keV. Untuk pembuatan citra dengan
jarak sumber ke film 60-65 cm, dan jarak obyek ke film sekitar 6 cm
(perbesaran 1.1). Resolusi 13 lp/mm dengan magnifikasi sekitar 1.1, diperlukan
ukuran fokus 0.3-0.4 mm.
Soft
Tissue Technique (25-40 KV)
c.
Ukuran
focal spot
Ukuran focal spot dari pesawat mammografi antara 0,1 sampai
0,6 mm. Ukuran focal spot kecil diperlukan untuk mendapatkan ketajaman yang
baik dari organ. Pesawat mammografi biasanya dibuat sistem anoda putar dan
bahan dari tungsten atau molybdenum untuk memungkinkan penggunaan fokus kecil
pada pembebanan arus tabung.
d.
Pembatas
sinar
Pembatas sinar pada pesawat mammografi berupa conus yang
dapat diganti-ganti sesuai dengan besarnya ukuran payudara.
e.
Filter
Filter pada pesawat mammografi dimaksudkan untuk mendapatkan
kualitas berkas yang sesuai dengan keperluan, sehingga sinar-X yang mempunyai
panjang gelombang tinggi akan diserap oleh filter. Filter yang digunakan adalah
molybdenum dengan ketebalan 0,03 sampai 0,5 mm Al.
f.
Alat
kompresi
Alat kompresi pada pesawat mammografi berfuingsi untuk
menghilangkan kerutan–kerutan pada kulit, menahan bagian payudara agar tidak
bergerak, dan untuk mendapatkan penampang payudara yang lebih luas. Alat ini
dibuat dari bahan yang intensitasnya homogen sehingga tidak memberikan bayangan
yang menganggu gambaran.
g.
Grid
Grid berfungsi untuk mengurangi sinar hambur diantara obyek
dan film. Pesawat mammografi biasanya menggunakan grid dengan ratio 3,5 : 1.
Grid yang digunakan yaitu grid yang bergerak dan pergerakannya sudah diatur
oleh pesawat.
h.
Film
Film yang digunakan dalam mammografi biasanya non screen
dengan emulsi tunggal (single emulsi) tanpa lembaran penguat, diletakkan dalam
suatu amplop. Film ini berukuran 15 x 20 cm.
i.
Teknik
kV rendah
Merupakan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan tegangan
tabung (kV) rendah (45 – 50 kV). Teknik ini bertujuan sebagai berikut :
·
Perbedaan kontras jaringan lunak besar.
·
Kalsifikasi yang ada pada jaringan lunak, tendon
dan arteri.
·
Invaginasi penyakit yang berasal jaringan lunak
yang menuju tulang atau sebaliknya.
·
Penggunaan teknik kV rendah yaitu :
·
Melihat jaringan lunak.
·
Mengetahui korpus alienum non opak.
·
Melihat pus atau nanah.
·
Melihat ada tidaknya robekan ligamentum.
·
Melihat adanya kalsifikasi.
2.9 Persiapan
Pasien
a.
Persiapan yang diperlukan oleh radiografer pada
pemeriksaan mammografi dengan kasus fobrocystic yaitu :
·
Memberikan informasi tentang tata pelaksanaan
pemeriksaan kepada pasien terlebih dahulu sebelum pemeriksaan dimulai
·
Memberi tahu pada pasien supaya melepas pakaian
dan berganti dengan baju pasien.
·
Meminta pasien supaya bersedia melepas perhiasan
di sekitar payudara.
·
Komunikasi yang baik antara radiografer dengan
pasien selama pemeriksaan berlangsung.
b. Ditanya penyakit
yang pernah diderita
Ditanya tentang :
·
Hamil
Pernah / Belum (Gravite)
·
Melahirkan
Pernah/ Belum (Partus)
·
Keguguran
Pernah/ tidak (Abortus)
c. Ditanya Riwayat
Kanker:
·
Keluarga
·
Pasien
2.10 Proyeksi Rutin
Mamografi
·
Cranio
Caudal
·
Medio
lateral Oblique
Proyeksi Khusus Mamografi
·
Medio
lateral
·
Axillary
·
Cleopatra
·
Magnifiksai
·
Cleavage
·
Tangensial
·
2.11 Teknik Pemeriksaan Mamografi
2.11.1 Proyeksi Cranio Caudal (CC)
Untuk memperlihatkan struktur
jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pandangan superior inferior.
a.
Posisi Pasien :
·
Pasien
dalam keadaan duduk/ berdiri.
Apabila
Radiografer pendek, maka pasien diusahakan duduk sehingga Radiografer mudah
memposisikan pasien
·
Tubuh
pasien diobliquekan sekitar 100 sehingga sisi yang diperiksa dekat
dengan kaset tray
·
Kepala
pasien menghadap sisi yang tidak diperiksa
b.
Posisi Obyek
·
Atur
ketinggian kaset tray, dan mamae diletakan diatas kaset tray
·
Kedua
bahu rileks, dan bahu sisi yang diperiksa endorotasi dan turunkan kebawah.
·
Radiografer
berdiri di depan pasien pada sisi medial pasien, sehingga mudah untuk mengatur
mammae.
·
Atur
mamae horizontal dengan kedua tangan radiographer, sehingga sisi medial dan
lateral mammae dibawah
·
Mammae
dikompresi, dan jangan sampai ada kulit mammae yang terlipat
·
CR
cranio caudal
·
CP
pada pertengahan mammae, yang sudah diatur automatic denagn kompresi
c.
Kriteria Gambar
Mamografi posisi Cranio Caudal
·
Nipple
pada pertengahan profile mammae
·
Sisi
medial mamae tidak terpotong
·
Sisi
lateral mammae tidak terpotong
·
Tergambar
pertengahan dari retroglan dular fat tissue
·
Jika
memungkinkan tergambar musculus pectoralis pada sisi posterior mammae
2.11.2 Proyeksi Oblique
Proyeksi
Oblique
Proyeksi
ini digunakan untuk mengkonfirmasikan dan melokasikan ke abnormalan pada
proyeksi standar menghasilkan gambaran yang kemungkinan overlapping dengan
jaringan glandula mammae paling sedikit.
A.
Proyeksi
Mediolateral Oblique (MLO)
Proyeksi
Oblique ini digunakan untuk mengkonfirmasikan dan melokasikan keabnormalan pada
proyeksi standar menghasilkan gambaran yang kemungkinan overlepping dengan
jaringan gladula mammae paling sedikit dan juag memperlihatkan jaringan
payudara terutama daerah lateral
a.
Posisi Pasien
Pasien
berdiri, Pastikan posisi tube denagn kaset tray dari superomedial ke
inferolateral, membentuk sudut 450,
tubuh
pasien oblique 45-50 dengan sisi yang diperiksa dekat denag tube
b.
Posisi Obyek
·
Tangan
sisi yang diperiksa diposisikan kearah anterior atau memgang handle bar.
·
Kaset
tray berada didepan dari posterior axillary fold dan letakkan mammae pada kaset
tray
·
Tangan
radiographer memosisikan mammae, sambil mammae dikompresi
·
Setelah
dikompresi,maka perhatikan upper outer corner dari plate kompresi posisinya
brada dibawah dari clavicula
·
CR
Medio Lateral
·
CP
Pada pertengahan mammae, diatur otomatis pada pengaturan kompresi
c.
Kriteria
Gambaran MLO
·
Tampak
jelas sisi dalam mammae
·
Tampak
musculus pectoralis sejajar atau dibawah nipple line
·
Tampak
posisi nipple
·
Tergambar
jelas sudut inframammary
2.11.3 Proyeksi Medio
Lateral
Proyeksi
Medio Lateral digunakan pada penentuan dan lokalisasi tingkat keabnormalan yang
terlihat hamya pada satu proyeksi standar
a.
Posisi Pasien
·
Putar
lengan pesawat sekitar 900, denagan tabung sinar x ditempatkan pada
sisi tengah payudara
·
Pasien
duduk/ erect dengan sisi lateral dari thorax menempel pada kaset, dan tangan
yang dekat dengan kaset diletakkan diatas kaset
·
Eksorotasikan
tubuh pasien sedikit keluar
b.
Posisi Obyek
·
Arahkan
pasien untuk menempelkan putting susu ke permukaan kaset
·
Instruksikan
pasien untuk menggenggam pegangan tangan pada unit pada sisi yang diperiksa
secara hati- hati mendorong film setinggi axilla
·
Perintakan
pasien untuk merilekan pundak
·
Naikan
payudara ke bentuk normalnya, dan kompresi perlaha- lahan hingga pasien terasa
sakit atau sampai semaksimal
·
Instrusikan
pasien untuk menahan nafas
·
CP
pusatkan sinar pada pertengahan payudara
·
CRnya
arahkan sinar tegak lurus pada film
c.
Kreteria
Gambaran
Tampak gambaran
payudara berikut papilla proyeksi lateral
2.11.4 Proyeksi
Axillary
Proyeksi
axillary digunakan untuk mengefaluasi lympha node axillary, axillary tail, dan
soft tissue dan untuk melihat
penyebaran tumor di bagian kelenjar axial.
a.
Posisi Pasien
Pasien erec
dengan lengan abduksi, sehingga tegak lurus dengan sumbu longitudinal tubuh dan
axila melewati kaset
Tempatkan film
dibawah axila pada lengan atas dan axillary tail termasuk yang akan digunakan
b.
Posisi Obyek
·
Dari posisi AP tubuh yang tidak
difoto dirotasikan posterior 15 – 300 sehingga sedikit oblique.
·
Obyek diatur ditengah film.
·
Film vertikal pada tepi posterior.
·
Batas atas film pada costae 11-12.
·
Lengan sisi yang difoto diangkat ke
atas dan fleksi dengan tangan di belakang kepala, lengan yang tidak difoto di
samping tubuh.
2.11.5 Proyeksi
Cleopatra
·
Merupakan
perpanjangan sisi lateral dari proyeksi CC
·
Proyeksi
untuk melihat bagian axilla dari mammae dengan proyeksi cc yang digeser kearah
axilla
a.
Posisi pasien
·
Pasien
posisi duduk atau berdiri
b.
Posisi obyek
Sama dengan
proyeksi cc tetapi digeser kea rah axilla dan kompresi lebih kearah axilla
c.
Tujuan
Proyeksi ini
digunakan untuk mendapatkan aspek lateral dari mammae termasuk bagian ujung
yang hanya digunakan jika ada massa nyata soft tissue pada daerah ujung mammae
2.11.6 Proyeksi
Magnification Soft Exposure
Proyeksi ini
merupakan proyeksi tambahan apabila ada bagian dari gambaran ini tidak jelas
dan meragukan diagnose
Proyeksi
menggambarkan bagian mammae yang tidak jelas tersebut dengan memfocuskan
gambarannya dan memagnification gambaran tersebut
Posisi
Obyek
Posisikan
payudara ketengah
Lakukan kompresi
hingga pasien merasa nyaman
Pasien
diinstruksikan untuk tahan nafas
Naikan eksposi 2
kVp
CP : Pusat
sinar diantara caput humeri dan tulang-tulang iga (kurang lebih 5 cm kearah
distal dari apex fosa axillary
Note
Kompresi
pada payudara dalam melakukan mammografi dilakukan untuk :
·
Menghilangkan
efek atenuasi tubuh sebanyak mungkin
·
Mengurangi
atau menghilangkan ketidaktajaman gerakan selama paparan yang panjang
·
Mengurangi
ketidaktajaman geometri karena obyek dekat dengan film.
·
Mengurangi
radiasi hambur sehingga memperbaiki kontras
DUCTULOGRAFI
A.
Pendahuluan
Duktulugrofi atau disebut juga galacctrography adalah pemeriksaan
radiologi dengan menggunakan kontras media untuk mengetahui kelainan pada
puting susu dan saluran air susu (ballinger w. Phillips 2006: 491).
Duktulografi dapat mendiagnosa penyebab
keluarnya cairan dari puting susu, pada wanita yang tidak sedang hamil / tidak
sedang menyusui.
Adapun pemeriksaan penunjang sebelum
pemeriksaan ductulografi adalah pemeriksaan mammografi atau usg payudara.
B.
Anatomi
dan fisiologi payudara
Payudara merupakan suatu kelenjar yang
dimiliki oleh wanita maupun pria tetapi pada pria tidak mengalami perkembangan
payudara.
Payudara terletak pada facial
superficialisdi daerah petoralis mayor antara sternum dan daerah mid axial
line, melebar dari iga ke-2 atau ke-3 sampai iga ke-6 atau ke-7.
Payudara tersusun atas jaringan lemak dan berbentuk cembung
kedepan dengan nipple yang teridiri
dari jaringan erektil yang berwarna agak kecoklatan, serta berada di tengah
payudara disekitar nipple di
kelilingi oleh pigmen yang berwarna coklat yang di sebut aerola .
Payudara terdiri dari jaringan glandular fibrous yang mengandung kelenjar air susu atau jaringan
alveolar yang terdiri dari lobus lobus yang terpisah oleh jaringan ikat dan
jaringan lemak. Jumlah lobus terdiri
dari 15 sampai 20 lobus, jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara.
Setiap lobus terdiri atas sekelompok alveoulus
yang bermuara ke dalam duct
lactiferus atau saluran air susu yang akhirnya bermuara pada nipple . Setiap lobus terbuat dari
ribuan kelenjar kecil yang di sebut alveoli
atau acini.
Fungsi payudara adalah mengeluarkan air susu pada saat ibu
hamil dan menyusui
C.
Indikasi
1.
Keluarnya cairan atau darah pada puting susu
2.
Adanya benjolan pada payudara saat di palpasi
3.
Krista pada payudara
4.
Tumor jinak atau ganas pada payudara
5.
Pembesara kelenjar payudara
6.
Memastikan lesi yang tidak terlihat pada
pemeriksaan mammografi, usg payudara dan mri payudara.
D.
Kontra
indikasi
1.
Ibu sedang menyusui
2.
Infeksi berat pada payudara
3.
Setelah di lakukan operasi
4.
Tidak memperbolehkan suatu obat yang di gunakan
seorang pasien
E.
Teknik
pemeriksaan duktulugrafi
1. Persiapan
alat dan bahan :
a.
Needle khusus ductulografi yaitu ductugram canul.
b.
Kapas basah steril
c.
Alkohol 70 %
d.
Spluit ukuran 5 cc atau 10 cc
e.
Kontras media positif
2.
Memberitahukan pasien agar melepaskan pakaian
bagian atas agar tidak mengganggu saat pemeriksaan berlangsung
3.
Membuat foto pendahuluan pada payudara yang akan
di lakukan pemeriksaan ductulografi, yaitu dengan membuat foto mammografi
proyeksi cranio caudal dan mediolateral
4.
Membersihkan nipple
dengan kapas alkohol steril sebelum di lakukan injeksi kontras media
5.
Kontras media positif dimasukkan kedalam spluit
sebanyak 5 cc
6.
Setelah payudara di bersihkan, khususnya pada
daerah nipple dan areola
7.
Suntikan atau injeksikan kontras media positif
kedalam ductugram canul. Awalnya di suntikan + 1 cc kontras
media
8.
Jika kontras media belum mengisi seluruh ductus lactiferus, maka kontras media
dapat ditambah hingga + 3 cc, sehingga kelainannya dapat di ketahui.
9.
Setelah penyuntikan kontras media , dilakukan
pengambilan radiografi payudara dengan posisi craunocaudal dan
mediolateral, dengan tehniknya sama
seperti pemeriksaan mammografi, hanya saja kompresi di lakukan hanya sedikit
saja agar kontras media tidak keluar dari payudara.
10.
Faktor eksposi yang dilakukan adalah tehnik soft tissue, yang sama dengan faktor eksposi
mammografi
F.
Hasil gambaran ductulografi
biasanya kontras media mengisi ducutus lactiferus atau saluran air susu
, sehingga bisa di ketahui apabila ada kelainan pada saluran air susu.
G. Kesalahan
teknik
Keterangan :
a. Refluks : pada saat memasukkan kontras, kontras
kembali keluar
b. Ekstravasasi : bocornya cairan kontras ke dalam
jaringan yang menyebabkan kerusakan jaringan
c. Air bubble : adanya udara pada saat penyutikan kontras
yang mengganggu
H. Patologis
Sebagian besar kelainan intraduktal dengan nipple discharge ditemukan 1 - 4 cm dari papilla mamae, meliputi :
Sebagian besar kelainan intraduktal dengan nipple discharge ditemukan 1 - 4 cm dari papilla mamae, meliputi :
-
Duct ectasia
a.
Pelebaran duktus laktiferus dapat sampai tortuosus
b.
Dapat terlihat filling defect akibat sekret
c.
Dilatasi berbentuk kistik terutama di area subareolar
yang membentuk contrast fluid level
d.
Kaliber dapat melebar sampai 8 mm di sertai dengan
ebading appearance
- Duct Ectasia
a. Wanita 40 tahun dengan serous right nipple discharge
b. Pelebaran subareolar collecting ducts dan segmental ducts
c. Dilatasi berbentuk kistik (panah)
d. Di posterior regio subareolar
terlihat cabang-cabang kecil duktus
e. Tidak terlihat filling defect intralumen
- Cystic Duct Ectasia
a.
Spontaneous serous left nipple discharge
b.
Pelebaran collecting duct dan segmental ducts di area
subareolar
c.
Pengisian kista-kista kecil oleh kontras membentuk
fluid
d.
Tidak terlihat filling defect intralumen
-
Duct papilloma
·
Filling defect berlobulasi didalam duktus (kiri)
Galactography (kanan) USG
a.
Defect soliter
biasanya disebabkan papilloma intraductal
b.
Paling sering di jumpai di dekat nipple -areolar
complex
c.
Hou et al. menemukan 88 dari 113 (77.9%) lesi
intraductal jinak terletak di duktus laktiferus utama
d.
Tepi papilloma biasanya bulat atau berlobulasi
e.
Bila ukurannya besar dapat mengobstruksi duktus
laktiferus
f.
Papillomatosis ---> filling defect kecil multipel
membentuk gambaran iregularitas dinding lumen duktus
-
Breast Cancer
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mamografi adalah
merupakan pemeriksaan secara radiagrafis dari kelenjar payudara untuk
mendeteksi secara dini semua kelainan yang ada pada payudara bahkan sampai pada
kemungkinan untuk membedakan tumor yang bersifat ganas dan tidak ganas. Unit rontgen yang dirancang khusus dalam
pemeriksaan mammography antara lain,ukuran fokus ,Pembatas sinar,Filter,Alat
kompresi,Grid,Film. Teknik
radiography yang digunakan antara lain Craniocaudal, Mediolateral, axial dan
oblique. Proteksi radiasi pada
pemeriksaan mammography antara lain Dilakukan hanya bila ada perintah dari
dokter, Luas lapangan pemeriksaan seminimal mungkin, Bekerja seteliti mungkin dan mempergunakan efisiensi waktu dengan
baik.
Ductulografi adalah merupakan pemeriksaan secara
radiagrafis dengan media kontras untuk mengevaluasi duct lumen lafctiferus pada
mammae untuk memperlihatkan adanya massa yang tidak bisa di perlihatkan oleh
pemeriksaan mammografi
B. SARAN
Dengan makalah
ini penyusun berharap agar pembaca menjadikan makalah ini sebagai pemicu untuk
mencari tahu lebih banyak tentang teknik pesawat konvensional dan imaging,
sehingga akan berguna sebagai sumber informasi dan pengetahuan dalam bidang
diagnostik dan terapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar