Minggu, 17 Juli 2016

anatomi sistem genetalia maskulina

SISTEM REPRODUKSI
Salah satu sifat mahluk hidup adalah adanya kemampuan untuk reproduski, yaitu kemampuan mahluk hidup untuk berkembang biak dan kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan generasi berikutnya.
Anatomi Sistem Genetalia Maskulina
Sistem reproduksi maskulina (pria) terdiri dari genetalia eksternal dan organ organ internal yang berada dalam rongga pelvis. Perkembangan sistem reproduksi pria dipengaruhi oleh hormone testosterone yang di produksi pada awal kehidupan dan diproduksi lagi pada awal pubertas untuk stimulasi pertumbuhan dan perkembangan reproduksi pada usia pubertas.
1.      Genetalia eksternal maskulina
Genetalia eksternal maskulina terdiri dari skrotum dan penis
a.      Skrotum
Skrotum merupakan kantong longgar yang tersusun atas kulit yang berkerut, fasial dan otot polos. Kantong ini memungkinkan adanya pembesaran jika terjadi kontraksi  otot polos dan pembesaran testis yng berada didalamnya. Skrotum terdiri dari dari dua buah yang masing- masing berisi testis untuk memproduksi sperma. Skrotum bagian kiri lebih rendah karena funiculus spermaticus kiri lebih panjang. Satu kantung skrotum terdiri dari dua testis. Skrotum dipendarahi oleh arteri pudenda eksternal, arteri cabang skortalis posterior, pengerutan dan pengendoran kantong skrotum disebabkan oleh adanya kontraksi otot kremaster pada dinding skrotalis.
Skrotum berfungsi sebagai sebagai sistem pengaturan suhu untuk testis agar dapat berfungsi secara optimal, misalnya pada cuaca panas skrotum akan mengendor atau membesar sehingga luas permukaan meningkat mengakibatkan panas dapat dikeluarkan. Pada saat dingin skrotum akan mengkerut dan menyebabkan testis tertarik ke dekat tubuh sehingga menjadi hangat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzljckFLm4otRz-Dm2VlIkTXku4EcVLNlk9hjJknsswhAwsjmWaU6nwhBiLZq_0GZnY2DB80Ocwr6FIUmWO70T0EvmaCyD8LCAWZaOisLTBCcFfUqG9lv6KoWVcI7sYpYeh2yYbeP-l2g/s1600/skrotum.PNG
Gambar scrotum
b.      Penis
Penis merupakan organ seks utama pada pria, tempat mengeluarkan sperma pada saat koitus (berhubungan) dan pengeluaran urine pada saat miksi. Organ ini berbentuk silindris dan terletak pada dua pangkal paha. Panjang penis berfariasi, tetapi rata- rata orang Indonesia sekitar 9-12 cm dan pada ereksi rata- rata 10-14 cm.
Organ penis dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian akar atau radiks, bagian badan dan glan penis yang berbentuk kerucut bulat. Bagian radisk penis berhubungan dengan duo crus dan satu bulbus yang merekat erat pada ramus ischiopubis pelvis. Badan penis (corpus) berbentuk panjang bulat panjang yang merupakan bagian utama. Pada badan penis terdidi dari 3 jaringan kontrsktil yang dapat berkontraksi atau melembek yaitu korpus kavarnosa di bagian kanan dan kiri atas, sedangkan pada bagian tengah disebut korpus spongiosa.ketiga masa kontraktil tersebut dilapisi oleh jaringan yang disebut tunika albuginea.
Penis diperdarahi oleh arteri pudenda internal yang kemudian bercabang menjadi arteri penis communis dan bercabang tiga yaitu cabang ke korpus kaverrnosa kanan dan kiri kemudian menjadi arteri kavernosa atau arteri penis profundus dan yang ketiga arteri bulbourethralis yang mendarahi korpus spongiosum arteri yang memasuki korpus kavernosa  bercabang- cabang menjadi arteri- arterial helicina yang berkelok- kelok  pada saat ereksi arteri helicina mengalami vasodilatasi sehingga aliran darah bertambah besar dan cepat berkumpul dalam rongga- rongga sinusoid sehingga terjadi pembesara.
Gambar penis

2.      Genetalia Internal maskulina
Genetalia internal maskulina terdiri dari testis dan saluran- saluran didalnya serta kelenjar-kelenjar asseriuss reproduksi. Pada saat embrio testis berada dalam rongga badan bagian bawah dekat ginjal, kenudian bermigrasi ke skrotum setelah tujuh delapan kehamilan.
a.      Testis
Testis merupakan organ utama dalam pembentukan sperma dan hormone reproduksi. Bentuknya oval dengan diameter sekitar 3 cm, panjangnya 4-5 cm, lebarnya 2.5 cm dengan berat sekitar 10.5-14 gram.
Testis dilapisi oleh 3 lapisan yaitu, lapisan terluar adalah tunika vaginalis, pada bagian ini terdapat lapisan tunika albuginea, lapisan ini membagi testis menjadi lobus- lobus ( sekitar 250 lobus ) dan setiap lobus terdiri dari 3-10 tubulus yang disebut  tubulus seminiferous dan lapisan paling dalam adalah tunika vaskulata yang berisi pleksus pembuluh dara dan juringan penyambung halus. Dibawah tunika albuginea pada dinding septal diatara tubulus seminiferous terdapat sel interstisial atau sel lydig yang menghasilkan hormone testosterone . Tubulus seminiferous menyusun 90% dari masa testis dan yang merupakan tempat pembentukan spermatozoa dan didalamnya terdapat sel sertoli.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbhHm8yfjs_Z4OGEnYIVmdN2hTIW93O4HGlfNJ_7j_x3mUYttDhvGMml3_-mATEp21ZJTtgOG5TKfU5mfdCX3WUAai3OH1ZRkVoi8Dc88szWZUDR3i043BIE-EAIa9UrYLytMlPJyOHLs/s1600/organ+reproduksi+bagian+dalam+pria.jpghttps://media1.britannica.com/eb-media/54/118354-004-11A2501F.jpg
Gambar testis
b.      Epididmis
Merupakan saluran halus yang berkelok- kelok, berhubungan dengan tubulus seminiferous melalui duktus eferen, rete testis dan tubulus rektus. Fungsi epididymis adalah mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma dan memproduksi semen
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirAJUmp4mhank_1lzkmiVslrokrgaz8fdx2w3GA7HuB-v_dDH3AKrFSWs09MYOCXSZPHGNdsa6e_8uWSTih606DV91Jxb5fd_iju3h466A8kU7CjxqnTAGp39uA0TyzajUkXcSvxQTjJaN/s1600/testisMOsmall.jpg
c.       Duktus vasdeferen
Merupakan kelanjutan dari epididymis ke kanalis inguinalis, kemudian berjalan masuk kerongga abdomen dibelakang kandung kemih kemudian berhubungan dengan vesika seminalis dan selanjutnya membentuk ejakulatoris dan bermuara di prostate.
http://www.maleinfertility.org/sites/default/files/styles/panopoly_image_original/public/sag_section_labeled_2.jpg?itok=Z7qXUins
d.      Vesika seminalis
Merupakan saluran yang berkelok- kelok, terletak antara vesika urinaria dan rectum. Pada bagian bawahnya menyempit dan bergabung dengan ductus deferen membentuk duktus ejakulatorius
e.      Ductus ejakulasitorius
Duktus ini dibentuk oleh penyatuan dari vesikula seminalis dengan duktus deferen, mulai dari dasar prostate dan berakhir pada utrikel prostate di uretra.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLcfyEQ6pS61_oWeu29CR0knB_mHAjryY7okWyzHkBC14TwgfIKU0stG6EzKnIxJ5rdfHJD2nYQqX4KOJuCpHUy0vj7ZcblbUggfh-ryO3Lz69K_aUWMAVGjVAgk9aUY15LJbo6JY2ULU/s1600/14.png
f.        Glandula prostate
Merupakan organ kenyal yang mengelilingi pangkal uretra, dibawah vesika urinaria. Kelenjar ini mengandung kelenjar glandula 30-50 kelenjar dan otot involunter, terdiri dari 4 lobus yaitu lobus posterior, lateral, anterior dan medial. Kelenjar prostat berfungsi menghasilkan cairan seperti susu yang bersifat alkali untuk menetralisir asiditas vagina dan melindungi spermatozoa terhadap tekanan pada uretra dan vagina. Disamping itu cairan prostate juga berfungsi meningkatkan motilitas sperma yang optimal pada pH 6.0 – 6.5
g.      Kelenjar bulboutera
Merupakan kelenjar kecil yang bentuknya bundar seperti kacang polong, berwarna kuning dan panjangnya sekitar 2.5 cm. kelenjar ini mensekresikan cairan basa yang mengandung mucus kedalam uretra untuk melumasi dan melindungi serta menambah semen

Sumber Buku Anatomi dan Fisiologi
Penerbit Trans Info Media Jakarta
Penyusun
Ns. Tarwoto, S.Kep
Ns. Ratna Aryani, S.Kep

Dra. Wartonah, S.Kep

Senin, 20 Juni 2016

pemeriksaan mamografi dan ductulografi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Berbagai macam peyakit telah ditemukan, hampir disetiap bagian tubuh manusia  berpotensi adanya suatu penyakit, tak terkecuali bagian payudara pada manusia, baik pada pria ataupun wanita, walaupun pada penyakit payudara pada umumnya di derita oleh para wanita, tetapi para pria tidak boleh menganggap remeh penyakit ini. Dengan kemajuan teknologi, berbagai macam penyakit sudah dapat di deteksi dengan mudah, sehingga para tenaga kesehata bisa melakukan suatu tindakan pencegahan atau  pengobatan pada pasien, dalam kasus ini, pemeriksaan payudara bisa dilalukan dengan menggunakan metode mammografi. Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah, Mammografi digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Selain mammografi, pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan oleh dokter secara teratur merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan payudara. Beberapa negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun sekali)  bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening  untuk mendiagnosa kanker payudara sedini mungkin. Diharapkan dengan mammografi akan bisa menekan jumlah penderita penyakit payudara, selain itu diharapkan masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya akan lebih meningkat tingkat kesadaran kesehatannya, sehingga kasus penyakit pada payudara akan semakin berkurang.
 
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang diajuka sebagai berikut :
1.       Apa pengertian pemeriksaan mammography?
2.       Apa saja unit rontgen yang dirancang khusus untuk pemeriksaan mammography?
3.       Bagaimana teknik radiografi mammography?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dalam penulisan ini, yaitu.
1.      Untuk mengetahui seberapa pentingnya pemeriksaan payudara dini.
2.      Untuk mengetahui manfaat menggunakan mammografi dalam dunia kesehatan.
3.      Untuk memberikan sedikit pengetahuan kepada pembaca tentang pokok  pembahasan yang akan dibahas pada makalah ini.






D.    Manfaat Pembahasan

1.      Manfaat secara Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan atau tambahan ilmu kepada pembaca sehingga pembaca bisa mengerti nahaya dari suatu penyakit  payudara dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengobati penyakit  payudara.  
2.      Manfaat Secara Praktis
Diharapkan Makalah ini dapat menjadi salah satu referensi oleh pembaca atau dalam sebuah pembelajaran di bidang mammografi, sehingga pembaca akan mengerti tata cara pemeriksaan dengan menggunakan teknik mammpgrafi yang  baik dan benar, sehingga tidak ada kesahalahan metode.
BAB II PEMBAHASAN
A.

Pengertian Mamografi
Adalah suatu pemeriksaan untuk mammae (payudara) dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada payudara (sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma  pre menstrual). Skrining mamografi biasanya direkomendasi untuk setiap wanita diatas 40 tahun atau dibawah usia 40 tahun jika mempunyai faktor resiko terkena kanker payudara. Mammografi biasanya dianjurkan oleh dokter untuk:
Evaluasi
Bila terdapat kelainan pada payudara, misalnya rasa nyeri pada payudara, terasa benjolan pada  payudara atau pada kelenjar getah bening ketiak, terjadi perubahan warna / bentuk / konsistensi  pada payudara dan keluar cairan yang tidak normal dari puting payudara, kulit atau puting.
Deteksi Dini
Untuk mendeteksi kanker payudara walaupun tidak ada gejala sebagai bagian dari chek-up rutin, Bila terasa benjolan pada payudara atau kelainan payudara yang lain, Mammografi membantu Dokter apakah benjolan tersebut jinak atau ganas dan membantu menentukan lokasi  pertumbuhan tumor. Yang lebih penting, mammografi dapat membantu menentukan terapi yang diperlukan selanjutnya.
 
5
B.

Penerapan Mammografi
Sebagaimana penggunaan sinar-X lainnya, mammogram menggunakan radiasi ion untuk menghasilkan gambar. Radiolog kemudian menganalisa gambar untuk menemukan adanya  pertumbuhan yang abnormal. Walaupun teknologi mammografi telah banyak mengalami kemajuan dan inovasi, ada komunitas medis yang meragukan penggunaan mammografi karena tingkat kesalahan yang masih tinggi dan karena radiasi yang digunakan dapat menimbulkan  bahaya.

Diketahui bahwa sekitar 10% kasus kanker tidak terdeteksi dengan mammografi (
missed cancer 
). Hal itu disebabkan antara lain oleh jaringan normal yang lebih tebal disekitar kanker, atau menutupi jaringan kanker sehingga jaringan kanker tidak terlihat. Pada saat ini, mammografi masih menjadi standar terbaik untuk
 screening 
 dini kanker  payudara.
Ultrasound 
,
 Ductography
, dan
 Magnetic Resonance
 merupakan beberapa teknik lain yang juga digunakan untuk memperkuat hasil mammografi.
 Ductogram
 digunakan untuk mengevaluasi darah yang keluar dari puting.
 (MRI) digunakan untuk evaluasi lanjutan atau sebelum operasi untuk melihat adanya daerah abnormal lainnya.
C.

Waktu yang Tepat Untuk melakukan Mammografi
Untuk memerangi kanker payudara, American Cancer Society memberikan rekomendasi sebagai berikut, a.

Pada wanita yang masih mendapat menstruasi, sebaiknya Mammografi dilakukan hari ke-3 menstruasi sampai dengan pertengahan siklus menstruasi.  b.

Wanita usia 35 sampai 39 tahun

Periksa payudara anda sendiri setiap bulan 2 - 3 hari setelah selesai menstruasi

Periksakan payudara anda ke dokter anda setiap 3 tahun sekali

Periksa Mammografi antara usia 35 - 39 tahun.


BAB II
PEMBAHASAN



2.1  Pengertian Mamografi

Mamografi adalah pemeriksaan radiologi dari kelenjar- kelenjar mammae dan saluran- salurannya dengan menggunakan teknik khusus (soft tissue tecchnicque) dengan menggunakan kontras maupun tanpa kontras dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada payudara (sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma  pre menstrual). Skrining mamografi biasanya direkomendasi untuk setiap wanita diatas 40 tahun atau dibawah usia 40 tahun jika mempunyai faktor resiko terkena kanker payudara. Mammografi biasanya dianjurkan oleh dokter untuk:

2.1 Anatomi Mamae
Anatomi Payudara Jaringan payudara dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu (lobulus) yang dialirkan ke puting (nipple) melalui duktus. Stuktur lainnya adalah jaringan lemak yang merupakan komponen terbesar, connective tissue, pembuluh darah dan saluran beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15-20 lobus yang tersusun sirkuler. Jaringan lemak (subcutaneus adipose tissue) yang membungkus lobus memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari beberapa lobulus yang merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari signal hormonal. Terdapat 3 hormon yang mempengaruhi payudara yakni estrogen, progesteron dan prolaktin, yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan uterus mengalami perubahan selama siklus menstruasi. Areola adalah area hiperpigmentasi di sekitar puting.15 Berikut ini adalah gambar anatomi payudara normal

2.1.1 Struktur payudara
a.       Puting susu
Merupakan bagian tengah pada payudara. Putting susu terdiri dari jaringan yang dapat menampung darah menjadi keras dan menegang. Air susu yang mengering juga dapat menimbulkan kerak dan dapat merangsang kulit dan menimbulkan eczema. Kerusakan putting susu dapat menimbulkan peradangan sehingga harus dijaga kebersihannya.


b.      Areola
Adalah daerah yang berwarna cokelat atau merah muda di sekitar putting susu. Perubahan warna areola dapat menentukan kemungkinan kehamilan tua dan perubahan-perubahan yang dipengaruhi hormon.
c.       Kolostrum
Merupakan cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan dan mengandung gizi serta antibodi. Terdapat dalam payudara pada saat dua hari pertama nifas dan hamil. Selain itu kolostrum juga banyak mengandung protein dan garam.
d.      Air susu ekstra
Setelah menyusui, payudara harus segera dikosongkan dengan cara memijat untuk mengeluarkan air susu yang masih tertinggal. Hal ini dikarenakan air susu yang tertinggal mengakibatkan penyumbatan duktus laktiferus.
e.      Jaringan-jaringan
Terdapat banyak jaringan pada payudara antara lain jaringan payudara, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Pada radiograf jaringan lemak akan memberi gambaran opaq.
Payudara terdiri atas bahan-bahan kelenjar susu (kelenjar alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu). Saluran limfe sebagai fleksus halus dalam ruang interlobular jaringan kelenjar bergabung mermbentuk saluran lebih besar. Pada perempuan perubahan dan perkembangan buah dada terjadi setelah masa remaja atau pubertas terdapat penambahan jaringan kelenjar. Seorang wanita mulai menstruasi pertama terjadi sedikit perbesaran payudara disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progresteron yang dihasilkan oleh ovarium, lama kelamaan payudara berkembang penuh dan penimbunan lemak menimbulkan pembesaran yang tetap. Pada masa menopause lama kelamaan ovarium berhenti berfungsi dan jaringan payudara mengerut.
2.1.2 Fisiologis Yang Mempengaruhi Payudara
a.       Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia.
·          Menjelang menarche, pertumbuhan berambah dengan terbentuknya percabangan duktus proliferasi stroma di antara duktus.
·          Pada pubertas terjadi pertambahan stroma dan duktus stroma dan duktus terminal yang kecil tumbuh menjadi alveolus-alvolus.

·          Pada saat menopouse payudara mengecil kurang padat. Terjadi pengurangan jumlah dan besarnya lobulus serta tampak pertambahan jaringan elastis.

b.      Perubahan berhubungan dengan siklus haid.
·         Pada saat proliferasi setelah haid, pengaruh estrogen meningkat mengakibatkan prolifersi duktus dan epitel alveolus, duktus melebar dan hipertrofik.
·          Pada masa setelah ovulasi akibat pengaruh progesteron, stroma menjadi sembab dan bertambah selnya.
·         Pada masa haid, akibat kadar estrogen dan progesterone yang menurun terjadi kerusakan sel epitel, atrofi jaringan ikat, edema jaringan interstisium menghilang, pengecilan duktus dan kelenjar.
2.1.3 Tahap-Tahap Perkembangan Payudara
a.       Adolescent
Bentuk dan ukuran payudara ini terdapat pada anak-anak dan remaja (8 –18 tahun), beberapa jaringan belum berkembang.
b.      Prepregnancy
Terdapat pada orang yang belum atau dalam masa hamil, lobus dan kelenjar-kelenjar sudah berkembang dengan tujuan mepersiapkan masa menyusui.
c.       Reproductive
Terjadi pada masa setelah atau tidak sedang menyusui tetapi belum menopouse. Keadaan lobus menggumpal, terjadi pada umur 20 – 50 tahun.
d.      Menopouse
Keadaan lobus-lobus yang menyatu, terjadi pada masa reproduksi akhir.
e.      Senescent
Terjadi pada masa tua atau tidak ada lagi kelenjar-kelenjar susu yang

2.2  Evaluasi
Bila terdapat kelainan pada payudara, misalnya rasa nyeri pada payudara, terasa benjolan pada  payudara atau pada kelenjar getah bening ketiak, terjadi perubahan warna / bentuk / konsistensi  pada payudara dan keluar cairan yang tidak normal dari puting payudara, kulit atau puting.

2.3 Deteksi Dini
Untuk mendeteksi kanker payudara walaupun tidak ada gejala sebagai bagian dari chek-up rutin, Bila terasa benjolan pada payudara atau kelainan payudara yang lain, Mammografi membantu Dokter apakah benjolan tersebut jinak atau ganas dan membantu menentukan lokasi  pertumbuhan tumor. Yang lebih penting, mammografi dapat membantu menentukan terapi yang diperlukan selanjutnya.

2.4  Penerapan Mammografi
Sebagaimana penggunaan sinar-X lainnya, mammogram menggunakan radiasi ion untuk menghasilkan gambar. Radiolog kemudian menganalisa gambar untuk menemukan adanya  pertumbuhan yang abnormal. Walaupun teknologi mammografi telah banyak mengalami kemajuan dan inovasi, ada komunitas medis yang meragukan penggunaan mammografi karena tingkat kesalahan yang masih tinggi dan karena radiasi yang digunakan dapat menimbulkan  bahaya.

Diketahui bahwa sekitar 10% kasus kanker tidak terdeteksi dengan mammografi (missed cancer ). Hal itu disebabkan antara lain oleh jaringan normal yang lebih tebal disekitar kanker, atau menutupi jaringan kanker sehingga jaringan kanker tidak terlihat. Pada saat ini, mammografi masih menjadi standar terbaik untuk  screening dini
kanker  payudara.  Ultrasound,  Ductography , dan  Magnetic Resonance merupakan beberapa teknik lain yang juga digunakan untuk memperkuat hasil mammografi.
Ductogram digunakan untuk mengevaluasi darah yang keluar dari putinng.MRI digunakan untuk evaluasi lanjutan atau sebelum operasi untuk melihat adanya daerah abnormal lainnya.

2.5 Indikasi Pemeriksaan
-          Benjolan di payudara saat palpasi
-          Rasa tidak nyaman pada payudara
-          Penderita dengan resiko tinggi kanker
-          Pembesaran pada kelenjar axiller yang tidak normal
-          Penyakit paget pada puting susu
-          Metastase tumor, tidak diketahui asal tumor primer
-          Follow up pasca operasi payudara
-          Kanker phobia
-          Displasia mammae (tidak tumbuh)
-          Cancer (Sarcoma , Karsinoma)
-          Keluar cairan tidak normal

2.6  Kontra Indikasi
-          Pasien sedang hamil
-          Saat mendekati menstruasi
-          Terjadi infeksi berat di mammae
-          Beberapa saat setelah operasi

2.7 Jenis Mammografi
Ada 2 jenis pemeriksaan mamografi, yaitu skrining dan diagnostik.

a.      Mamografi skrining
Dilakukan pada wanita tanpa keluhan apapun. Mamografi skrining disarankan dilakukan setiap 1-2 taun untuk  wanita  berusia di atas 40 tahun, dan setiap tahun untuk  wanita di atas usia 50 tahun. Tetapi pada wanita yang memiliki faktor risiko tinggi untuk terkena kanker payudara (misal. adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga), maka dapat dilakukan mamografi skrining sebelum usia 40 tahun.

b.      Mamografi diagnostik 
Dilakukan pada wanita yang memiliki gejala, misal ditemukan benjolan  pada payudara, atau payudara mengeluarkan cairan  berbau busuk, dll. Mamografi diagnostik bertujuan untuk menentukan ukuran dan lokasi kelainan secara tepat, bahkan juga keterlibatan kelenjar limfe dan  jaringan sekitarnya. Apabila mamografi digunakan sendiri, memiliki angka ketepatan diagnostik sebesar 94%, dan apabila

mamografi digunakan bersama Ultrasonografi (USG) dalam prosedur diagnostik memperoleh angka ketepatan diagnostik sebesar 97%. Sedangkan apabila USG digunakan sendiri hanya akan memberikan angka ketepatan diagnostik sebesar 78%.

2.8 Perangkat Pesawat Pesawat dan Teknik Untuk Pemeriksaan Mammografi

a.      Optimum kilovoltage dan desain tabung
Pencitraan payudara membutuhkan sinar X energi rendah untuk memperoleh kontras maksimum, karena koefesien atenuasi jaringan maupun perbedaan jaringan lain di dalamnya meningkat dengan kenaikan energi (efek fotolistrik). Kompromi pemilihan kV, diperhatikan karena terlalu rendah kV, banyak radiasi tidak dapat menembus obyek, meningkatkan dosis. Sinar X 12–15 keV terlalu rendah, dan harus tidak digunakan. Kontras


yang baik diperoleh dari payudara yang ditekan sampai ketebalan 3– 5 cm dengan sinar x 17 – 22 keV. Untuk payudara yang lebih tebal dapat menggunakan sinar x 21–25 keV.  
Persyaratan pencitraan payudara mengakibatkan desain tabung sinar X menjadi khusus. Pada umumnya unit mammografi produksi sinar X 15–20 keV, menggunakan anoda molebdenum dengan jendela berelium, serta tambahan filter molebdenum. Disampaing itu ada pula tabung mammografi yang memproduksi sinar X 21 - 25 keV, menggunakan anoda tungsten dengan menggunakan filter khusus. Sinar X energi rendah memberikan perbedaan atenuasi antar jaringan relatif lebih baik, namun memberikan dosis absorpsi pada jaringan tinggi dan waktu eksposi tinggi. Deteksi mikrokalsifikasi juga penting..

b.      Tabung Dengan Anoda Molybdenum.
Sinar X karakteristik molebdenum K = 17.4 keV dan K = 19.6 keV, keduanya di bawah energi absorpsi elektron kulit K molebdenum pada 20.0 keV. Untuk pembuatan citra dengan  jarak sumber ke film 60-65 cm, dan jarak obyek ke film sekitar 6 cm (perbesaran 1.1). Resolusi 13 lp/mm dengan magnifikasi sekitar 1.1, diperlukan ukuran fokus 0.3-0.4 mm.
Soft Tissue Technique (25-40 KV)

c.       Ukuran focal spot
Ukuran focal spot dari pesawat mammografi antara 0,1 sampai 0,6 mm. Ukuran focal spot kecil diperlukan untuk mendapatkan ketajaman yang baik dari organ. Pesawat mammografi biasanya dibuat sistem anoda putar dan bahan dari tungsten atau molybdenum untuk memungkinkan penggunaan fokus kecil pada pembebanan arus tabung.
d.      Pembatas sinar
Pembatas sinar pada pesawat mammografi berupa conus yang dapat diganti-ganti sesuai dengan besarnya ukuran payudara.
e.      Filter
Filter pada pesawat mammografi dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas berkas yang sesuai dengan keperluan, sehingga sinar-X yang mempunyai panjang gelombang tinggi akan diserap oleh filter. Filter yang digunakan adalah molybdenum dengan ketebalan 0,03 sampai 0,5 mm Al.
f.        Alat kompresi
Alat kompresi pada pesawat mammografi berfuingsi untuk menghilangkan kerutan–kerutan pada kulit, menahan bagian payudara agar tidak bergerak, dan untuk mendapatkan penampang payudara yang lebih luas. Alat ini dibuat dari bahan yang intensitasnya homogen sehingga tidak memberikan bayangan yang menganggu gambaran.
g.       Grid
Grid berfungsi untuk mengurangi sinar hambur diantara obyek dan film. Pesawat mammografi biasanya menggunakan grid dengan ratio 3,5 : 1. Grid yang digunakan yaitu grid yang bergerak dan pergerakannya sudah diatur oleh pesawat.
h.      Film
Film yang digunakan dalam mammografi biasanya non screen dengan emulsi tunggal (single emulsi) tanpa lembaran penguat, diletakkan dalam suatu amplop. Film ini berukuran 15 x 20 cm.
i.        Teknik kV rendah
Merupakan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan tegangan tabung (kV) rendah (45 – 50 kV). Teknik ini bertujuan sebagai berikut :
·         Perbedaan kontras jaringan lunak besar.
·         Kalsifikasi yang ada pada jaringan lunak, tendon dan arteri.
·         Invaginasi penyakit yang berasal jaringan lunak yang menuju tulang atau sebaliknya.
·         Penggunaan teknik kV rendah yaitu :
·         Melihat jaringan lunak.
·         Mengetahui korpus alienum non opak.
·         Melihat pus atau nanah.
·         Melihat ada tidaknya robekan ligamentum.

·         Melihat adanya kalsifikasi.

2.9 Persiapan Pasien
a.       Persiapan yang diperlukan oleh radiografer pada pemeriksaan mammografi dengan kasus fobrocystic yaitu :
·         Memberikan informasi tentang tata pelaksanaan pemeriksaan kepada pasien terlebih dahulu sebelum pemeriksaan dimulai
·         Memberi tahu pada pasien supaya melepas pakaian dan berganti dengan baju pasien.
·         Meminta pasien supaya bersedia melepas perhiasan di sekitar payudara.
·         Komunikasi yang baik antara radiografer dengan pasien selama pemeriksaan berlangsung.
b.      Ditanya penyakit yang pernah diderita
Ditanya tentang :
·         Hamil Pernah / Belum (Gravite)
·         Melahirkan Pernah/ Belum (Partus)
·         Keguguran Pernah/ tidak (Abortus)
c.       Ditanya Riwayat Kanker:
·         Keluarga
·         Pasien

2.10 Proyeksi Rutin Mamografi
·         Cranio Caudal
·         Medio lateral Oblique
       Proyeksi Khusus Mamografi
·         Medio lateral
·         Axillary
·         Cleopatra
·         Magnifiksai
·         Cleavage
·         Tangensial
·          
2.11 Teknik Pemeriksaan Mamografi
2.11.1 Proyeksi Cranio Caudal (CC)
Untuk memperlihatkan struktur jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pandangan superior inferior.
a.      Posisi Pasien :
·         Pasien dalam keadaan duduk/ berdiri.
Apabila Radiografer pendek, maka pasien diusahakan duduk sehingga Radiografer mudah memposisikan pasien
·         Tubuh pasien diobliquekan sekitar 100 sehingga sisi yang diperiksa dekat dengan kaset tray

·         Kepala pasien menghadap sisi yang tidak diperiksa



b.      Posisi Obyek
·         Atur ketinggian kaset tray, dan mamae diletakan diatas kaset tray
·         Kedua bahu rileks, dan bahu sisi yang diperiksa endorotasi dan turunkan kebawah.
·         Radiografer berdiri di depan pasien pada sisi medial pasien, sehingga mudah untuk mengatur mammae.
·         Atur mamae horizontal dengan kedua tangan radiographer, sehingga sisi medial dan lateral mammae dibawah
·         Mammae dikompresi, dan jangan sampai ada kulit mammae yang terlipat
·         CR cranio caudal
·         CP pada pertengahan mammae, yang sudah diatur automatic denagn kompresi



c.       Kriteria Gambar Mamografi posisi Cranio Caudal
·         Nipple pada pertengahan profile mammae
·         Sisi medial mamae tidak terpotong
·         Sisi lateral mammae tidak terpotong
·         Tergambar pertengahan dari retroglan dular fat tissue
·         Jika memungkinkan tergambar musculus pectoralis pada sisi posterior mammae

2.11.2 Proyeksi Oblique

Proyeksi Oblique
Proyeksi ini digunakan untuk mengkonfirmasikan dan melokasikan ke abnormalan pada proyeksi standar menghasilkan gambaran yang kemungkinan overlapping dengan jaringan glandula mammae paling sedikit.

    A.    Proyeksi Mediolateral Oblique (MLO)
Proyeksi Oblique ini digunakan untuk mengkonfirmasikan dan melokasikan keabnormalan pada proyeksi standar menghasilkan gambaran yang kemungkinan overlepping dengan jaringan gladula mammae paling sedikit dan juag memperlihatkan jaringan payudara terutama daerah lateral
a.      Posisi Pasien
Pasien berdiri, Pastikan posisi tube denagn kaset tray dari superomedial ke inferolateral, membentuk sudut 450,
tubuh pasien oblique 45-50 dengan sisi yang diperiksa dekat denag tube
b.      Posisi Obyek
·         Tangan sisi yang diperiksa diposisikan kearah anterior atau memgang handle bar.
·         Kaset tray berada didepan dari posterior axillary fold dan letakkan mammae pada kaset tray
·         Tangan radiographer memosisikan mammae, sambil mammae dikompresi
·         Setelah dikompresi,maka perhatikan upper outer corner dari plate kompresi posisinya brada dibawah dari clavicula
·         CR Medio Lateral
·         CP Pada pertengahan mammae, diatur otomatis pada pengaturan kompresi


   c.       Kriteria Gambaran MLO
·         Tampak jelas sisi dalam mammae
·         Tampak musculus pectoralis sejajar atau dibawah nipple line
·         Tampak posisi nipple
·         Tergambar jelas sudut inframammary

2.11.3 Proyeksi Medio Lateral
Proyeksi Medio Lateral digunakan pada penentuan dan lokalisasi tingkat keabnormalan yang terlihat hamya pada satu proyeksi standar

a.      Posisi Pasien

·         Putar lengan pesawat sekitar 900, denagan tabung sinar x ditempatkan pada sisi tengah payudara
·         Pasien duduk/ erect dengan sisi lateral dari thorax menempel pada kaset, dan tangan yang dekat dengan kaset diletakkan diatas kaset
·         Eksorotasikan tubuh pasien sedikit keluar
b.      Posisi Obyek
·         Arahkan pasien untuk menempelkan putting susu ke permukaan kaset
·         Instruksikan pasien untuk menggenggam pegangan tangan pada unit pada sisi yang diperiksa secara hati- hati mendorong film setinggi axilla
·         Perintakan pasien untuk merilekan pundak
·         Naikan payudara ke bentuk normalnya, dan kompresi perlaha- lahan hingga pasien terasa sakit atau sampai semaksimal
·         Instrusikan pasien untuk menahan nafas
·         CP pusatkan sinar pada pertengahan payudara
·         CRnya arahkan sinar tegak lurus pada film


c.       Kreteria Gambaran
Tampak gambaran payudara berikut papilla proyeksi lateral

2.11.4 Proyeksi Axillary
Proyeksi axillary digunakan untuk mengefaluasi lympha node axillary, axillary tail, dan soft tissue dan  untuk melihat penyebaran tumor di bagian kelenjar axial.

a.      Posisi Pasien
Pasien erec dengan lengan abduksi, sehingga tegak lurus dengan sumbu longitudinal tubuh dan axila melewati kaset
Tempatkan film dibawah axila pada lengan atas dan axillary tail termasuk yang akan digunakan
b.    Posisi Obyek
·         Dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan posterior 15 – 300 sehingga sedikit oblique.
·         Obyek diatur ditengah film.
·         Film vertikal pada tepi posterior.
·         Batas atas film pada costae 11-12.
·         Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas dan fleksi dengan tangan di belakang kepala, lengan yang tidak difoto di samping tubuh.


2.11.5 Proyeksi Cleopatra
·         Merupakan perpanjangan sisi lateral dari proyeksi CC
·         Proyeksi untuk melihat bagian axilla dari mammae dengan proyeksi cc yang digeser kearah axilla
a.      Posisi pasien
·         Pasien posisi duduk  atau berdiri
b.      Posisi obyek
Sama dengan proyeksi cc tetapi digeser kea rah axilla dan kompresi lebih kearah axilla

c.       Tujuan
Proyeksi ini digunakan untuk mendapatkan aspek lateral dari mammae termasuk bagian ujung yang hanya digunakan jika ada massa nyata soft tissue pada daerah ujung mammae

2.11.6 Proyeksi Magnification Soft Exposure
Proyeksi ini merupakan proyeksi tambahan apabila ada bagian dari gambaran ini tidak jelas dan meragukan diagnose
Proyeksi menggambarkan bagian mammae yang tidak jelas tersebut dengan memfocuskan gambarannya dan memagnification gambaran tersebut
Posisi Obyek
Posisikan payudara ketengah
Lakukan kompresi hingga pasien merasa nyaman
Pasien diinstruksikan untuk tahan nafas
Naikan eksposi 2 kVp
CP : Pusat sinar diantara caput humeri dan tulang-tulang iga (kurang lebih 5 cm kearah distal dari apex fosa axillary

Note
Kompresi pada payudara dalam melakukan mammografi dilakukan untuk :
·         Menghilangkan efek atenuasi tubuh sebanyak mungkin
·         Mengurangi atau menghilangkan ketidaktajaman gerakan selama paparan yang panjang
·         Mengurangi ketidaktajaman geometri karena obyek dekat dengan film.
·         Mengurangi radiasi hambur sehingga memperbaiki kontras









DUCTULOGRAFI
   A.      Pendahuluan
Duktulugrofi atau disebut juga galacctrography adalah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras media untuk mengetahui kelainan pada puting susu dan saluran air susu (ballinger w. Phillips 2006: 491).
Duktulografi dapat mendiagnosa penyebab keluarnya cairan dari puting susu, pada wanita yang tidak sedang hamil / tidak sedang menyusui.
Adapun pemeriksaan penunjang sebelum pemeriksaan ductulografi adalah pemeriksaan mammografi atau usg payudara.
   B.      Anatomi dan fisiologi payudara
Payudara merupakan suatu kelenjar yang dimiliki oleh wanita maupun pria tetapi pada pria tidak mengalami perkembangan payudara.
Payudara terletak pada facial superficialisdi daerah  petoralis mayor antara sternum dan daerah mid axial line, melebar dari iga ke-2 atau ke-3 sampai iga ke-6 atau ke-7.
Payudara tersusun atas jaringan lemak dan berbentuk cembung kedepan dengan nipple yang teridiri dari jaringan erektil yang berwarna agak kecoklatan, serta berada di tengah payudara disekitar nipple di kelilingi oleh pigmen yang berwarna coklat yang di sebut aerola .
Payudara terdiri dari jaringan glandular fibrous yang mengandung kelenjar air susu atau jaringan alveolar yang terdiri dari lobus lobus yang terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak.  Jumlah lobus terdiri dari 15 sampai 20 lobus, jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terdiri atas sekelompok alveoulus yang bermuara ke dalam duct lactiferus atau saluran air susu yang akhirnya bermuara pada nipple . Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang di sebut alveoli atau acini.
Fungsi payudara adalah mengeluarkan air susu pada saat ibu hamil dan menyusui 

   C.      Indikasi
1.       Keluarnya cairan atau darah pada puting susu
2.       Adanya benjolan pada payudara saat di palpasi
3.       Krista pada payudara
4.       Tumor jinak atau ganas pada payudara
5.       Pembesara kelenjar payudara
6.       Memastikan lesi yang tidak terlihat pada pemeriksaan mammografi, usg payudara dan mri payudara.
   D.      Kontra indikasi
1.       Ibu sedang menyusui
2.       Infeksi berat pada payudara
3.       Setelah di lakukan operasi
4.       Tidak memperbolehkan suatu obat yang di gunakan seorang pasien
   E.       Teknik pemeriksaan duktulugrafi
1.       Persiapan alat dan bahan :
a.      Needle khusus ductulografi yaitu ductugram canul.
b.      Kapas basah steril
c.      Alkohol 70 %
d.      Spluit ukuran 5 cc atau 10 cc
e.       Kontras media positif
2.       Memberitahukan pasien agar melepaskan pakaian bagian atas agar tidak mengganggu saat pemeriksaan berlangsung
3.       Membuat foto pendahuluan pada payudara yang akan di lakukan pemeriksaan ductulografi, yaitu dengan membuat foto mammografi proyeksi cranio caudal dan mediolateral

4.       Membersihkan nipple dengan kapas alkohol steril sebelum di lakukan injeksi kontras media
5.       Kontras media positif dimasukkan kedalam spluit sebanyak 5 cc
6.       Setelah payudara di bersihkan, khususnya pada daerah nipple dan areola
7.       Suntikan atau injeksikan kontras media positif kedalam ductugram canul.  Awalnya di suntikan + 1 cc kontras media
8.       Jika kontras media belum mengisi seluruh ductus lactiferus, maka kontras media dapat ditambah hingga + 3 cc, sehingga kelainannya dapat di ketahui.
9.       Setelah penyuntikan kontras media , dilakukan pengambilan radiografi payudara dengan posisi craunocaudal dan mediolateral,  dengan tehniknya sama seperti pemeriksaan mammografi, hanya saja kompresi di lakukan hanya sedikit saja agar kontras media tidak keluar dari payudara.
10.   Faktor eksposi yang dilakukan adalah tehnik soft tissue, yang sama dengan faktor eksposi mammografi
F.       Hasil gambaran ductulografi
biasanya kontras media mengisi ducutus lactiferus atau saluran air susu , sehingga bisa di ketahui apabila ada kelainan pada saluran air susu.

    G.    Kesalahan teknik
    Keterangan :
a.    Refluks : pada saat memasukkan kontras, kontras kembali keluar
b.     Ekstravasasi : bocornya cairan kontras ke dalam jaringan yang menyebabkan kerusakan jaringan
c.     Air bubble : adanya udara pada saat penyutikan kontras yang mengganggu     
   H.    Patologis
    Sebagian besar kelainan intraduktal dengan nipple discharge ditemukan 1 -  4 cm dari papilla mamae, meliputi :

-          Duct  ectasia

a.       Pelebaran duktus laktiferus dapat sampai tortuosus
b.      Dapat terlihat filling defect akibat sekret
c.       Dilatasi berbentuk kistik terutama di area subareolar yang membentuk contrast fluid level
d.      Kaliber dapat melebar sampai 8 mm di sertai dengan ebading appearance


-     Duct Ectasia
a.      Wanita 40 tahun dengan serous right nipple discharge
b.      Pelebaran subareolar collecting ducts dan segmental ducts
c.       Dilatasi berbentuk kistik (panah)
d.       Di posterior regio subareolar terlihat cabang-cabang kecil duktus
e.       Tidak terlihat filling defect intralumen

    -     Cystic Duct Ectasia
a.       Spontaneous serous left nipple discharge
b.      Pelebaran collecting duct dan segmental ducts di area subareolar
c.       Pengisian kista-kista kecil oleh kontras membentuk fluid
d.      Tidak terlihat filling defect intralumen

-          Duct  papilloma

·         Filling defect berlobulasi didalam duktus (kiri) Galactography (kanan) USG
a.        Defect soliter biasanya disebabkan papilloma intraductal
b.      Paling sering di jumpai di dekat nipple -areolar complex
c.       Hou et al. menemukan 88 dari 113 (77.9%) lesi intraductal jinak terletak di duktus laktiferus utama
d.      Tepi papilloma biasanya bulat atau berlobulasi
e.       Bila ukurannya besar dapat mengobstruksi duktus laktiferus
f.       Papillomatosis ---> filling defect kecil multipel membentuk gambaran iregularitas dinding lumen duktus

-          Breast Cancer

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mamografi adalah merupakan pemeriksaan secara radiagrafis dari kelenjar payudara untuk mendeteksi secara dini semua kelainan yang ada pada payudara bahkan sampai pada kemungkinan untuk membedakan tumor yang bersifat ganas dan tidak ganas.  Unit rontgen yang dirancang khusus dalam pemeriksaan mammography antara lain,ukuran fokus ,Pembatas sinar,Filter,Alat kompresi,Grid,Film. Teknik radiography yang digunakan antara lain Craniocaudal, Mediolateral, axial dan oblique. Proteksi radiasi pada pemeriksaan mammography antara lain Dilakukan hanya bila ada perintah dari dokter, Luas lapangan pemeriksaan seminimal mungkin, Bekerja seteliti mungkin dan mempergunakan efisiensi waktu dengan baik.
Ductulografi adalah merupakan pemeriksaan secara radiagrafis dengan media kontras untuk mengevaluasi duct lumen lafctiferus pada mammae untuk memperlihatkan adanya massa yang tidak bisa di perlihatkan oleh pemeriksaan mammografi
B. SARAN
Dengan makalah ini penyusun berharap agar pembaca menjadikan makalah ini sebagai pemicu untuk mencari tahu lebih banyak tentang teknik pesawat konvensional dan imaging, sehingga akan berguna sebagai sumber informasi dan pengetahuan dalam bidang diagnostik dan terapi.